Rabu, 20 April 2016

Review Film : The Intouchables (2011)

The Intouchables adalah salah satu film dari Prancis, film yang terinspirasi dari kisah nyata mengenai hubungan dua orang sahabat dalam bentuk relasi antara si perawat dengan pasiennya, yang menderita kelumpuhan akibat kecelakaan ketika sedang bermain paralayang (olahraga terbang bebas dengan menggunakan parasut yang lepas landas dengan kaki untuk tujuan rekreasi atau kompetisi).

Cerita dibuka dengan adegan kebut-kebutan sebuah mobil yang dikendarai oleh Driss dan Philippe. Ketika diberhentikan oleh polisi, Driss mengaku sedang menuju rumah sakit untuk mengantar Philippe yang sedang sakit. Polisi pun mengiyakan dan mengiringi mobil mereka sampai ke rumah sakit. Namun ternyata hal itu hanyalah ulang iseng dari Driss dan Philippe belaka, dan mereka kemudian kabur. Setelah adegan ini cerita kemudian ditampilkan dengan cara flashback.

Selanjutnya bagian awal mula pertemuan dan hubungan persahabatan kedua tokoh tersebut. Driss adalah seorang kulit hitam yang sedang mencari kerja di rumah Philippe sebagai perawat. Dalam sesi wawancara, Philippe yang menderita lumpuh itu tertarik dengan Driss dan kemudian merekrutnya. Cerita kemudian berkembang mengenai hubungan antara kedua tokoh tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai seorang perawat dan pasien, hanya untuk mengetahui bahwa hubungan mereka berdua ternyata lebih dari itu. Benih-benih persahabatan pun tumbuh dan membuat semangat hidup Philippe yang hilang menjadi menyala kembali.

Tema besar dari film ini adalah tentang persahabatan. Driss yang mempunyai latar belakang kriminal tetapi ternyata memiliki sikap humoris itu mampu membangkitkan kembali semangat hidup Philippe yang kaya raya namun merasa kesepian akibat kelumpuhan. Keduanya membangun sebuah hubungan yang unik dan chemisty inilah yang menjadi daya tarik utama untuk penonton film ini. Contohnya saja bagaimana saat Driss dan Philippe bertukar selera musik pada saat hari ulang tahun Philippe. Atau ketika Driss merencanakan ketemuan untuk Philippe dengan sahabat penanya yang belum pernah ia temui. Dari adegan-adegan itulah tergambar bagaimana suasana dan rasa yang coba ditampilkan oleh sang sutradara. Driss memperlakukan Philippe sebagai orang biasa dan senantiasa menghiburnya tanpa memandang kelumpuhannya.

The Intouchables memberikan pelajaran berharga mengenai bagaimana cara yang benar dalam memandang orang yang memiliki kekurangan. Mereka juga orang biasa, dan perlu diperlakukan selayaknya dengan tetap memandang mereka sebagai insan manusia yang setara.